Minggu, 31 Oktober 2010

REALISME DAN ANTI REALISME

REALISME

Hampir semua pemikiran mengenai ilmu kealaman saat ini banyak dipengaruhi oleh pandangan realisme. Sebagai suatu ilmu, sains memang tidak bisa lepas dari realitas objek-objek materi yang terindra. Realisme menempatkan observasi dan eksperimen sebagai suatu hal yang sangat penting di dalam sains.

Dengan observasi, ilmuwan dapat meramalkan gejala-gejala alam yang akan terjadi. Misalnya pada zaman dahulu dengan fakta yang cukup, ilmuwan dapat menjelaskan tentang gerhana matahari.

Kaum realis memandang bahwa ketika kita memiliki bukti dan fakta yang sesuai dengan fakta sebelumnya, maka kita akan dapat meramalkan suatu kejadian yang sama seperti kejadian yang pernah ada sebelumnya.

Observasi ini memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan. Walaupun sifatnya hanya melulu matematis, namun dengan jalan seperti itu, ilmuwan dapat menyederhanakan realitas yang mereka hadapi. Dengan metode realis kita juga dapat mencapai tingkat rasionalitas yang baik.

Kaum realis juga memandang bahwa teori sangatlah penting dalam sebuah penelaahan. Observasi yang akurat dan dilakukan dengan sering dapat menghasilkan suatu teori yang baik.

Begitu pula teori yang ditemukan melalui observasi tersebut dapat membimbing ilmuwan untuk melakukan penelitian dan penemuan baru yang bermanfaat dan lebih berarti.

Namun, pandangan tersebut sangat ditentang oleh anti-realis. Meraka beranggapan bahwa akan banyak ketidakjujuran yang dilakukan oleh ilmuwan ketika fakta yang ditemukan dalam observasi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.

Di sinilah letak kesalahan yang tidak bisa dihindarkan oleh kaum realis. Sains menjadi sesuatu yang tidak objektif, kerena sudah dipengaruhi oleh subjektvitas ilmuwan.

Anti-Realis

Bagi kaum realis, teori dianggap dapat memberikan gambaran tentang dunia apa adanya. Jika suatu teori dianggap berlaku tidak lain karena teori itu dianggap benar dan sesuai dengan realitas. Begitu pula bagi penganut realis, kebenaran merupakan tujuan akhir dari ilmu pengetahuan.

Sementara itu, bagi anti-realis ilmu tidak perlu berbicara mengenai masalah kebenaran, sebab kita tidak akan pernah sampai pada kebenaran dari data yang kita observasi. Teori bagi anti-realis dianggap benar sejauh teori itu bermanfaat bagi manusia. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pandangan pragmatisme dan instrumentalis.

Perbedaan pandangan di antara keduanya terjadi pula dalam kasus mengenai plogiston, ether, ataupun elektron. Bagi kaum realis semua itu ada -misalnya elektron. Kita memang tidak bisa mengetahui bagaimana bentuk elektron, namun sejauh ini jejak elektron dianggap sudah cukup menyatakan bahwa elektron ada dan jejaknya bisa diobservasi.

Bagi anti-realis, persoalan itu barangkali tidak terlalu penting. Sejauh ini elektron sudah banyak kegunaan, dan tentunya itu sudah masuk kriteria kebenaran menurut anti-realis. Namun pada kenyataanya, anti-realis menolak argumen ‘cosmic coincidence’ (suatu kondisi yang membuat kejadian alam tidak dapat diobsevasi namun dapat dijelakan oleh teori).

Menurut anti-realis elektron hanya bahasa ilmu untuk menjelaskan fenomena yang tidak dapat diobservasi. Oleh karena itu, tidak ada persoalan jika bahasa itu tidak ada kaitannya dengan realitas.

Ilmu adalah fenomena biologis, dan organisme memfasilitasi fenomena tersebut dengan lingkungan. Menurut van Fraassen inilah yang menjadikan setiap perbedaan penjelasan ilmiah bisa terjadi.

4 komentar:

  1. bahasa filsafat..maknanya beri kepuasan tuk berfikir

    BalasHapus
  2. wah sang kreator udah lama gak nulis kie....

    BalasHapus
  3. Banyak materi yang tidak bisa dilihat, hanya bisa dibuktikan dengan tanda-tandanya, contohnya udara.

    bisnis pulsa ppob

    BalasHapus